Ilmu
Budaya Dasar
Rumah
Adat Suku Bajo
NAMA :
RICO
KELAS :
1IA02
NPM :59414267
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014/2015
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seiring
dengan perkembangan jaman yang semakin pesat, banyak sekali generasi muda yang
mulai lupa tentang berbagai macam suku bangsa dan adat-adat yang ada di
Indonesia. Saat
ini generasi muda lebih tertarik dengan adat yang berasal dari luar negri,
contohnya saja saat ini banyak sekali film yang bertema kan India. Padahal di Indonesia
sendiri banyak sekali adat istiadat yang dapat dipelajari. Kali ini saya akan
mengambil contoh adat yang berasal dari Sulawesi Tenggara, saya akan membahas
tentang rumah adat suku Bajo.
Dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini kita dapat mengakses internet
dengan mudah,maka dari itu saya dapat memberikan informasi tentang Rumah adat
yang berasal dari Sulawesi Tenggara ini, dengan membuat makalah ini akan
memberikan kemudahan jika suata saat nanti saya akan berkunjung ke Souraja atau
bisa memberikan pengertian tentang Souraja bagi para pembaca makalah saya ini.
1.2. Tujuan Penulisan
1.
Memberikan
informasi tujuan dari pembuatan rumah adat tersebut
2.
Sebagai
sosialisasi dan informasi tentang rumah adat dari Sulawesi Tenggara
BAB
2
TIPOLOGI
BANGUNAN
2.1. Pengklasifikasian tempat tinggal
suku Bajo
Rumah suku Bajo mempunyai ciri
khasyang mencolok, yaitu tempatnya yang tidak berada didaratan, melainkan
berada diatas laut atau perairan. Rumah suku Bajo sekarang memang sudah
mengalami banyak perubahan. Misalnya rumah mereka sebagian sudah dibangun
bangunan permanen.
Suku
Bajo yang sekarang mendiami wilayah di kepulauan Wakatobi ini, dulunya
membangun rumah hanya untuk tempat mereka singgah ketika mencari karang dan
ikan di laut. Akana tetapi, seiring dengan perkembangan, orang-orang dari suku
Bajo mulai rajin mengumpulkan karang untuk membangun tiang rumah mereka sebagai
ganti tiang kayu karena bahan bangunan kayu akan mudah lapuk jika terus terkena
air asin laut.
Rumah
adat suku Bajo adalah baboroh yang mempunyai arti bangunan sederhana yang
tiangnya terbuat dari batang pohon mangrove. Untuk dindingnya, terbuat dari
anyaman daun kelpa dan lantainya dari anyaman batang mangrove yang dipadukan
dengan anyaman batangan belah bamboo. Atap rumah orang suku Bajo menggunakan
daun nipa atau biasanya disebut dengan Tuho.
Ciri-ciri
lain baboroh adalah tapak tiang mereka yang terbuat dari karang karena karang
dinilai bahan yang paling tepat untuk rumah mereka yang mengapung diatas laut.
Sementara tiang-tiang yang menjulang tinggi membuat orang suku Bajo membangun
lorong menuju ke halaman rumah mereka sebagai tempat untuk menyandarkan kapal
kayu mereka
2.2. Filosofi adat suku Bajo
Bajo berasal dari nama seorang
leluhur mereka. Yang sangat hebat dalam melaut, dan hebat juga dalam bercocok
tanam. Kemudian kamung Karang Bajo adalah nama wilayah keturunan dari Bajo.
Gambar 2.1
rumah adat suku bajo
Asal-usul
Bajo sesungguhnya dari pulau Sulawesi. Selain menguasai bahasa daerah setempat,
mereka juga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bajo, serumpun dengan bahasa
Bugis – Sulawesi selatan. Di mana ada dua atau tiga warga Bajo berkumpul,
mereka diwajibkan menggunakan bahasa Bajo. Kecuali kalau berada di antara atau
bersama warga penduduk setempat. Mereka adalah seorang pelaut yang tidak bisa
hidup di gunung. Bajo identic dengan air laut, perahu, dan pemukiman di atas
laut, Bajoartinya mendayung perahu dengan alat yang disebut bajo.
Konon
nenek moyang mereka berasal dari johor, Malaysia. Mereka adalah keturunan
orang-orang Johor yang dititahkan raja untuk mencari putrinya yang melarikan
diri. Orang-orang tersebut diperintahkan mencari ke segala penjuru negeri
hingga pulau Sulawesi.
Dalam
masyarakat suku Bajo, untuk penyebutan orang yang lebih tua laki-laki disebut
Puto, sementara orang yan lebih tua perempuan disebut Aya. Dan untuk orang atau
pemuka adat disebut “Lolo Bajo”.
BAB 3
Kearifan lokal
suku Bajo
Masyarakat suku Bajo disini
mayoritas telah memeluk agama islam, rata-rata mereka memiliki kehidupan di
atas bentang samudera alias sebagai manusia perahu. Perahu kecil yang dijadikan
rumah mereka untuk mengarungi lautan yang luas. Dan pemukaan laut yang
membentang luas menjadi fenomena pemandangan alam di depan rumah mereka.
Di
rumah peahu para keluarga dari suku Bajo tinggal, dan mereka tinggal bersama
sanak keluarga untuk membangun kebahagiaan dan mengikuti bisikan hati.
Dibelakang rumah perahu, tampaknya tidak dirasakan sempit bagi mereka masyakat
suku Bajo. Bahkan menurut informasi yang saya terima, di dalam rumah perahu
tersebut dihuni oleh 3 kepal keluarga yang mempunyai satu keturunan.
BAB 4
KESIMPULAN
Dalam
masyarakat suku Bajo, masih terdapat hokum adat yang berlaku secara Universal,
hal ini dapat dilihat dengan adanya hokum adat tidak tertulis serta yang
diyakini seluruh masyarakat adat Bajo secara turun menurun oleh masyarakat
setempat, seperti misalnya pasipupukang
dalam setiap penyelesaian masalah hokum dengan tradisi Ningkolo dan Passala /
denda sebagai sanksi apabila terjadi atau masalah.
DAFTAR
PUSAKA
1. http://zherlyamalia.blogspot.com/2013/10/makalah-antropologi-hukum-suku-bajo.html
dikerjakan
pada tanggal 15-06-2015 waktu 18:43
Dikerjakan
pada tanggal 15-06-2015 waktu 18:45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar