Minggu, 21 Juni 2015

rumah adat suku bajo

Ilmu Budaya Dasar
Rumah Adat Suku Bajo


NAMA       : RICO
KELAS       : 1IA02
NPM           :59414267


UNIVERSITAS GUNADARMA
2014/2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin pesat, banyak sekali generasi muda yang mulai lupa tentang berbagai macam suku bangsa dan adat-adat yang ada di Indonesia. Saat ini generasi muda lebih tertarik dengan adat yang berasal dari luar negri, contohnya saja saat ini banyak sekali film yang bertema kan India. Padahal di Indonesia sendiri banyak sekali adat istiadat yang dapat dipelajari. Kali ini saya akan mengambil contoh adat yang berasal dari Sulawesi Tenggara, saya akan membahas tentang rumah adat suku Bajo.
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini kita dapat mengakses internet dengan mudah,maka dari itu saya dapat memberikan informasi tentang Rumah adat yang berasal dari Sulawesi Tenggara ini, dengan membuat makalah ini akan memberikan kemudahan jika suata saat nanti saya akan berkunjung ke Souraja atau bisa memberikan pengertian tentang Souraja bagi para pembaca makalah saya ini.

1.2. Tujuan Penulisan
1.      Memberikan informasi tujuan dari pembuatan rumah adat tersebut
2.      Sebagai sosialisasi dan informasi tentang rumah adat dari Sulawesi Tenggara

BAB 2
TIPOLOGI BANGUNAN
2.1. Pengklasifikasian tempat tinggal suku Bajo
            Rumah suku Bajo mempunyai ciri khasyang mencolok, yaitu tempatnya yang tidak berada didaratan, melainkan berada diatas laut atau perairan. Rumah suku Bajo sekarang memang sudah mengalami banyak perubahan. Misalnya rumah mereka sebagian sudah dibangun bangunan permanen.
Suku Bajo yang sekarang mendiami wilayah di kepulauan Wakatobi ini, dulunya membangun rumah hanya untuk tempat mereka singgah ketika mencari karang dan ikan di laut. Akana tetapi, seiring dengan perkembangan, orang-orang dari suku Bajo mulai rajin mengumpulkan karang untuk membangun tiang rumah mereka sebagai ganti tiang kayu karena bahan bangunan kayu akan mudah lapuk jika terus terkena air asin laut.
Rumah adat suku Bajo adalah baboroh yang mempunyai arti bangunan sederhana yang tiangnya terbuat dari batang pohon mangrove. Untuk dindingnya, terbuat dari anyaman daun kelpa dan lantainya dari anyaman batang mangrove yang dipadukan dengan anyaman batangan belah bamboo. Atap rumah orang suku Bajo menggunakan daun nipa atau biasanya disebut dengan Tuho.
Ciri-ciri lain baboroh adalah tapak tiang mereka yang terbuat dari karang karena karang dinilai bahan yang paling tepat untuk rumah mereka yang mengapung diatas laut. Sementara tiang-tiang yang menjulang tinggi membuat orang suku Bajo membangun lorong menuju ke halaman rumah mereka sebagai tempat untuk menyandarkan kapal kayu mereka
2.2. Filosofi adat suku Bajo
          Bajo berasal dari nama seorang leluhur mereka. Yang sangat hebat dalam melaut, dan hebat juga dalam bercocok tanam. Kemudian kamung Karang Bajo adalah nama wilayah keturunan dari Bajo.
            
Gambar 2.1
rumah adat suku bajo

Asal-usul Bajo sesungguhnya dari pulau Sulawesi. Selain menguasai bahasa daerah setempat, mereka juga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bajo, serumpun dengan bahasa Bugis – Sulawesi selatan. Di mana ada dua atau tiga warga Bajo berkumpul, mereka diwajibkan menggunakan bahasa Bajo. Kecuali kalau berada di antara atau bersama warga penduduk setempat. Mereka adalah seorang pelaut yang tidak bisa hidup di gunung. Bajo identic dengan air laut, perahu, dan pemukiman di atas laut, Bajoartinya mendayung perahu dengan alat yang disebut bajo.
Konon nenek moyang mereka berasal dari johor, Malaysia. Mereka adalah keturunan orang-orang Johor yang dititahkan raja untuk mencari putrinya yang melarikan diri. Orang-orang tersebut diperintahkan mencari ke segala penjuru negeri hingga pulau Sulawesi.
Dalam masyarakat suku Bajo, untuk penyebutan orang yang lebih tua laki-laki disebut Puto, sementara orang yan lebih tua perempuan disebut Aya. Dan untuk orang atau pemuka adat disebut “Lolo Bajo”.

BAB 3
Kearifan lokal suku Bajo
          Masyarakat suku Bajo disini mayoritas telah memeluk agama islam, rata-rata mereka memiliki kehidupan di atas bentang samudera alias sebagai manusia perahu. Perahu kecil yang dijadikan rumah mereka untuk mengarungi lautan yang luas. Dan pemukaan laut yang membentang luas menjadi fenomena pemandangan alam di depan rumah mereka.
Di rumah peahu para keluarga dari suku Bajo tinggal, dan mereka tinggal bersama sanak keluarga untuk membangun kebahagiaan dan mengikuti bisikan hati. Dibelakang rumah perahu, tampaknya tidak dirasakan sempit bagi mereka masyakat suku Bajo. Bahkan menurut informasi yang saya terima, di dalam rumah perahu tersebut dihuni oleh 3 kepal keluarga yang mempunyai satu keturunan.



BAB 4
KESIMPULAN
Dalam masyarakat suku Bajo, masih terdapat hokum adat yang berlaku secara Universal, hal ini dapat dilihat dengan adanya hokum adat tidak tertulis serta yang diyakini seluruh masyarakat adat Bajo secara turun menurun oleh masyarakat setempat, seperti misalnya pasipupukang dalam setiap penyelesaian masalah hokum dengan tradisi Ningkolo dan Passala / denda sebagai sanksi apabila terjadi atau masalah.



DAFTAR PUSAKA
1. http://zherlyamalia.blogspot.com/2013/10/makalah-antropologi-hukum-suku-bajo.html
dikerjakan pada tanggal 15-06-2015 waktu 18:43

Dikerjakan pada tanggal 15-06-2015 waktu 18:45